Februari 20, 2025

Manzanitakids – Mainan & Action Figure

Mainan kini bukan hanya sebatas untuk anak-anak, banyak juga yang beberapa diperuntukan remaja dan dewasa.

Mengenal Sejarah Kuliner Sashimi Dari Awal Hingga Perkembangannya Kini

Mengenal Kuliner Sashimi

Sashimi adalah salah satu hidangan tradisional Jepang yang paling terkenal dan dihargai, terutama karena kesederhanaannya dan kualitas bahan-bahan segar yang digunakannya. Hidangan ini terdiri dari irisan tipis ikan atau makanan laut mentah, yang biasanya disajikan dengan kecap asin, wasabi, dan jahe. Berikut adalah sejarah dan perkembangan sashimi dari awal hingga menjadi hidangan global yang ikonik.

1. Asal Usul Sashimi

Sashimi memiliki akar yang sangat dalam di Jepang dan sejarahnya terkait erat dengan tradisi makan ikan mentah di budaya Jepang. Kata “sashimi” secara harfiah berarti “tusuk daging” (sashi = tusuk, mi = daging). Istilah ini digunakan untuk menggambarkan irisan tipis daging ikan atau seafood yang dipotong dengan teknik khusus agar menghasilkan tekstur dan rasa yang sempurna.

Tradisi makan ikan mentah di Jepang dapat ditelusuri hingga ribuan tahun yang lalu, tepatnya di era Jomon (14.000 SM – 300 SM), ketika masyarakat Jepang mulai mengenal teknik pengawetan ikan, salah satunya adalah dengan cara fermentasi. Pada periode ini, masyarakat pesisir Jepang biasa mengonsumsi ikan mentah yang difermentasi dengan nasi dalam wadah kedap udara, sebuah metode yang kemudian menjadi dasar dari narezushi, bentuk awal dari sushi.

2. Pengaruh dari Tiongkok dan Korea

Selama periode Nara (710-794 M), Jepang banyak dipengaruhi oleh budaya Tiongkok dan Korea, termasuk dalam teknik memasak dan pengawetan makanan. Salah satu metode pengawetan yang diperkenalkan dari Tiongkok adalah penggunaan garam dan fermentasi untuk menjaga kesegaran ikan. Teknik ini memungkinkan masyarakat Jepang menikmati ikan mentah tanpa harus mengubah tekstur dan rasanya secara drastis.

Pada periode ini, sashimi juga mulai diperkaya dengan penggunaan bumbu seperti shoyu (kecap asin) dan wasabi (akar pedas), yang awalnya berfungsi sebagai pengawet alami dan antiseptik untuk melawan bakteri pada makanan laut mentah.

3. Periode Edo (1603-1868): Lahirnya Sashimi Modern

Periode Edo merupakan masa di mana sashimi mulai berkembang dan menyerupai bentuknya seperti yang dikenal saat ini. Pada masa ini, kota Edo (sekarang Tokyo) menjadi pusat perdagangan dan perkembangan kuliner Jepang. Karena letaknya yang dekat dengan Teluk Edo, masyarakat setempat memiliki akses langsung ke ikan segar, yang menjadi dasar munculnya budaya makanan laut mentah yang kaya.

Sashimi mulai menjadi hidangan populer, terutama di kalangan kelas atas. Ikan segar seperti tuna, salmon, mackerel, dan ikan fugu (ikan buntal) dipotong dengan teknik khusus oleh para itamae (chef sushi), yang terlatih untuk menghasilkan irisan yang sempurna baik dari segi rasa maupun estetika. Teknik memotong ikan ini berkembang menjadi seni, di mana setiap jenis ikan membutuhkan cara pemotongan yang berbeda untuk mengeluarkan cita rasa terbaiknya.

4. Sashimi dan Shogun Tokugawa

Pada masa kekuasaan Shogun Tokugawa, sashimi menjadi salah satu hidangan mewah yang sering disajikan di istana kekaisaran dan rumah-rumah bangsawan. Karena kekuatan ekonomi dan politik Edo, budaya makan sashimi menyebar ke seluruh Jepang. Banyak restoran mulai menyajikan sashimi sebagai bagian dari hidangan kaiseki (hidangan multi-course), yang biasa disajikan dalam acara formal atau ritual keagamaan.

5. Penyebaran dan Globalisasi Sashimi

Pada awal abad ke-20, dengan meningkatnya hubungan internasional dan migrasi warga Jepang ke luar negeri, budaya kuliner Jepang, termasuk sashimi, mulai menyebar ke negara-negara lain. Sashimi mulai dikenal oleh dunia internasional ketika sushi mulai dipopulerkan di luar Jepang, terutama di Amerika Serikat pada tahun 1960-an hingga 1980-an.

Selama periode ini, sashimi dan sushi dianggap eksotis, tetapi seiring berjalannya waktu, dengan meningkatnya pemahaman masyarakat dunia tentang kelezatan ikan mentah dan kesegaran yang menjadi fokus utama hidangan ini, sashimi semakin diterima dan diminati. Restoran Jepang yang menyajikan sashimi mulai menjamur di berbagai kota besar di dunia seperti New York, Paris, London, dan Sydney.

6. Sashimi di Era Modern

Saat ini, sashimi merupakan bagian integral dari kuliner Jepang di seluruh dunia. Hidangan ini sering disajikan sebagai menu pembuka dalam santapan Jepang, baik di restoran fine dining maupun di restoran biasa. Berbagai jenis ikan seperti maguro (tuna), sake (salmon), hamachi (yellowtail), serta kerang, udang, dan cumi-cumi adalah bahan-bahan sashimi yang populer.

Selain itu, sashimi juga beradaptasi dengan selera internasional. Di beberapa negara, varian sashimi dengan bahan non-tradisional seperti octopus (gurita), beef sashimi (irisan daging sapi mentah), dan bahkan sayuran mentah menjadi semakin populer.

7. Pengaruh Teknologi pada Sashimi

Teknologi dalam perikanan dan distribusi ikan juga memainkan peran penting dalam popularitas sashimi. Metode penyimpanan dan transportasi ikan yang lebih canggih memungkinkan ikan segar disajikan di restoran-restoran yang berlokasi jauh dari laut. Berkat teknologi pengawetan dingin dan pembekuan kilat, sashimi kini bisa dinikmati dengan kualitas yang hampir sama di seluruh dunia, baik di Jepang maupun di luar negeri.

8. Sashimi dan Budaya Populer

Sashimi telah menjadi bagian dari budaya pop Jepang, sering muncul dalam berbagai media seperti anime, manga, dan drama televisi. Penikmatan sashimi di berbagai acara formal dan non-formal, serta di festival-festival musim panas, menambah https://misosushilondon.com/ popularitasnya di dalam dan luar negeri.

Kesimpulan

Dari akar sejarah yang mendalam hingga menjadi salah satu hidangan paling ikonik di dunia, sashimi telah melalui perjalanan panjang. Kesederhanaan, kesegaran, dan teknik pemotongan yang halus menjadikan sashimi bukan hanya makanan, tetapi juga seni dalam dunia kuliner Jepang. Seiring berkembangnya teknologi dan semakin terbukanya akses ke bahan-bahan berkualitas, sashimi akan terus dinikmati dan diapresiasi di seluruh dunia.

Share: Facebook Twitter Linkedin

Comments are closed.